Minggu, 13 Maret 2011

TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKAN

Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelola Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah mendefinisikan :
Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. (M. Jusuf Hanafiah, dkk ; 1994 : 2)
Pengelolaan Mutu Total (PMT) Pendidikan adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pemberdayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000, 191) adalah 1) Siswa : kesiapan dan motivasi belajar, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan sosial), 3) Kurikulum : relevanasi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai suatu unit produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah 1) pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai, penerima lulusan baik di perguruan tinggi maupun di dunia usaha)
Dalam peningkatan mutu pendidikan sebagai penerapan MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa, c) memerlukan partisipasi semua pihak; Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik ; school riview, benchmarking, quality assurance, dan quality control.
School review merupakan suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas sekolah, serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomondasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
Benchmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai suatu periode tertentu, harus mampu menjawab. Seberapa baik kondisi kita ?, harus menjadi seberapa baik ?, dan bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut ?
Quality assurance merupakan suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitring yang berkesinambungan. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang  merupakan umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
Dalam aplikasinya, istilah mutu terpadu terhadap disebut pula Total Quality Education (TQE). Dalam konteks aplikasi konsep manajemen mutu terpadu pendidikan ditegaskan Edward Sallis bahwa :
”Total Quality Management is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and future customers need, wants and expectation”. (Edward Sallis 1994 : 14)
Definisi tersebut menjelaskan manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus (continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alat-alat dan teknik seperti ”brainstorming” dan ”force field analysis” (analisis kekuatan tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan).
Berarti manajemen mutu dalam pendidikan dapat saja disebutkan ”mengutamakan pelajar” atau ”program perbaikan sekolah” yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Penekanan yang paling penting bahwa mutu terpadu dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah. Para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik terhadap perubahan yang ditimbulkan manajemen mutu terpadu melalui berbagai program perbaikan mutu. Aplikasi TQM dalam satuan pendidikan dapat pula disebut Total Quality School (TQS) sebagaimana Arcaro (1995) yang dikutip Jalal dan Supriyadi (2001) dengan lima pilar, yaitu : (1) fokus kepada pelanggan baik internal maupun eksternal, (2) adanya keterlibatan total, (3) adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah (4) adanya komitmen dan (5) adanya perbaikan yang berkelanjutan.
Pendapat lain tentang mutu terpadu dalam pendidikan oleh Franklin P Schargel (1994 : 2) menegaskan bahwa :
Total Quality Education is a process which involves focussing on meeting and exxceding customer expections, continous improvement sharing responsibilities with employers, and reducting scrap and rework”. (Franklin P. Schargel 1994 : 2)
Dalam hal ini, mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali (ulang).
Penulis berpendapat bahwa manajemen mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat dan pelanggan pendidikan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar