Minggu, 13 Maret 2011

RMBI, SIAPA TAKUT ???


IMPIAN CIVITAS MAN BABAKAN CIWARINGIN

                Madrasah Aliyah Negeri Model Babakan Ciwaringin Cirebon sebagai Lembaga Pendidikan Islam dibawah naungan Kementerian Agama, dalam usianya yang cukup tua, dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan dinamika pendidikan yang senantiasa berubah. Sayidina Ali pernah bersabda : AJARILAH ANAKMU DENGAN ILMU MASA DEPAN KERENA MEREKA AKAN HIDUP BUKAN PADA ZAMAN SEPERTI YANG KAMU ALAMI SEKARANG. Sadar akan kalimat bijak tersebut, maka Marasah Aliyah Negeri (MAN) Babakan Ciwaringin Cirebon senantiasa melakukan inovasi sehubungan perubahan zaman guna mempersiapkan siswa didiknya menempuh pendidikan lebih tinggi dan sekaligus membekali untuk hidup bermasyarakat.
                Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang tampak akibat kebijakan tersebut adalah belum terakomodasikannya kebutuhan individual siswa. Oleh karenanya potensi siswa tidak dapat disalurkan atau berkembang secara optimal. Berapa banyak pemikir dan jiwa kreatif yang disia-siakan, berapa banyak kekuatan otak yang terbuang percuma karena pandangan kuno dan picik kita tentang otak dan pendidikan. (Jean Houston, The Possible Human). Ungkapan Houston diatas merupakan suatu refleksi sekaligus evaluasi terhadap model dan pola pendidikan yang selama ini diterapkan untuk anak didik kita. Sering kita memperlakukan sama terhadap seluruh siswa yang sedang belajar dengan kita, apakah ia lamban, sedang, pandai atau sangat pandai, dalam kata lain pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher’s centered). Dengan pola seperti ini secara langsung atau tidak sebenarnya kita sedang mengikis habis kreatifitas dan inovasi, serta potensi kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa. Di sisi lain setiap siswa sebenarnya mempunyai bakat kecerdasan yang berbeda-beda atau lebih kita kenal dengan teori multiple intelegences. Jika setiap anak mendapatkan “menu” belajar yang sama tanpa memandang bakat dan kecerdasannya, menurut Prof. Dr, Conny Semiawan dan Prof. Dr. Utami Munandar, kita melakukan “pemubadziran” potensi kecerdasan anak.
                Tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan terus mengalir seiring dengan perkembangan zaman. Tidak hanya karena berbagai laporan yang diterima, baik dari hasil penelitian maupun informasi data pendidikan yang ada. Seperti contoh beberapa data kondisi pendidikan kita, yang diungkapkan oleh International Education Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD menempati urutan 30 dari 38 negara, dan The third International Mathematics and Science Study Report (1999) menunjukkan bahwa kemampuan siswa bidang metematika dan IPA menempati 34 dan 32 dari 38 negara. Sementara itu, UNDP Human Development Index, tahun 2002 dan 2003 berurutan menempati urutan 110 dari 173 dan 112 dari 175 negara. Juga kemajuan teknologi yang begitu pesat menuntut guru serta institusi pendidikan mampu mengikuti perkembangan sains dan teknologi yang ada.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babakan Ciwaringain Cirebon dengan segenap kelebihannya, sudah saatnya melakukan terobosan berupa penyelenggaraan program madrasah unggulan dan menyiapkan diri menjadi Madrasah Berstandar Internasional dengan berupaya secara maksimal memenuhi delapan standar nasional pendidikan. Penyelenggaraan tersebut sangat beralasan sehubungan potensi yang telah dimiliki sangat mendukung realisasi program tersebut, baIk potenis internal maupun eksternal. Secara internal, sumberdaya guru sudah sangat memungkinkan baik secara kwantitas maupun kwalitas. Juga sarana dan prasarana yang sudah memenuhi kriteria penyelenggaraan madrasah unggulan. Secara eksternal, animo orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya sangat tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar